Sidik jari dan scanning saja sepertinya tidak cukup untuk mengantisipasi terorisme. Para ilmuwan Inggris menemukan metode baru untuk mengindentifikasi apakah seseorang itu teroris atau bukan. Mereka membuat sebuah perangkat lunak yang bisa mengenali seseorang yang diduga teroris hanya lewat bentuk hidungnya.
Dr Adrian Evans dari Universitas Bath, Inggris dalam pernyataannya di situs universitas itu mengatakan, hidung adalah bagian yang menonjol dari wajah, tapi pemanfaatannya sebagai sebuah biometrik belum dieksplorasi lebih luas. Itulah sebabnya, para ilmuwan di universitas itu ingin mencari tahu seberapa jauh hidung bisa digunakan untuk mengenali individu-individu dalam database.
Para ilmuwan itu menggunakan sebuah sistem fotografi yang disebut PhotoFace untuk membaca bentuk-bentuk unik setiap hidung manusia. PhotoFace sendiri adalah sebuah sistem yang dikembangkan oleh para peneliti di Universitas West of England (UWE) di Bristol.
"Proyek kolaborasi dengan Bath merupakan kerja yang sangat menarik dan berpotensi besar," kata Profesor Melvyn Smith yang mengetuai tim dari UWE.
Cara kerja yang mereka lakukan adalah memotret dengan menggunakan lampu kilat dari berbagai sudut pengambilan yang berbeda. Mereka mengambil empat dengan sangat cepat secara berurutan dari setiap titik di bagian muka, masing-masing dengan kondisi pencahayaan yang sudah ditentukan dan berbeda-beda.
Gambar-gambar hidung kemudian dianalisa menurut enam bentuk hidung yang utama, bentuk hidung Romawi, Yunani, Nubia, Hawk, pesek dan mancung. Masing-masing foto hidung itu lalu diuji dengan menggunakan perangkat lunak komputer untuk menganalisa profil hidung, bagian ujung hidung yang bertemu dengan garis mata.
Para peneliti meyakini bahwa scanning bentuk hidung lebih efisien dalam mengindetifikasi orang yang dicurigai sebagai teroris dibandingkan dengan melakukan scanning sidik jari atau selaput mata. "Selaput mata adalah sebuah biometrik yang manjut tapi kadang sulit untuk menangkapnya dengan akurat dan bisa disamarkan dengan kacamata atau kelopak mata," kata Dr Evans.
"Tapi hidung, lebih mudah untuk diprotet dan sulit untuk disembunyikan, sehingga sebuah sistem yang bisa mengenali hidung akan bekerja lebih baik jika berhadapan dengan orang yang dicurigai tapi tidak kooperatif atau digunakan untuk pengawasan rahasia," jelasnya.
Perangkat lunak pengenal hidung ini, menurut para peneliti, selain bisa mengindentifikasi orang yang dicurigai teroris juga bisa dimanfaatkan untuk keperluan pengawasan kegiatan-kegiatan ilegal, misalnya perdagangan manusia.
Profesor Smith, salah satu peneliti mengatakan, teknik ini bisa memberikan data yang lebih detil dibandingkan dengan teknologi yang sudah ada sekarang. "Penggunaannya bisa diaplikasikan untuk berbagai keperluan, mulai dari pemeriksaan untuk kebutuhan industri sampai pemeriksaan kosmetika."
[sumber]