Home » , » Delapan Masjid Terindah di Indonesia

Delapan Masjid Terindah di Indonesia

Sebagai negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam, Indonesia memiliki banyak masjid indah. Sebagian masjid bahkan tak hanya berfungsi menjadi tempat ibadah, tapi juga merangkap sebagai tempat wisata.

Apa saja masjid dimaksud? 
Simak ulasannya berikut ini, seperti dikutip dari DuniaMasjid:

Masjid Tertua di Jawa, Tempat Berkumpulnya Wali Songo

 Masjid Agung Demak, Jawa Tengah

Masjid Agung Demak adalah salah satu mesjid tertua yang ada di Indonesia. Masjid ini terletak di Desa Kauman, Kabupaten Demak, Jawa Tengah. Masjid ini dipercayai pernah menjadi tempat berkumpulnya para ulama (wali) yang menyebarkan agama Islam ditanah Jawa, yang disebut dengan Walisongo.

Pendiri masjid ini diperkirakan adalah Raden Patah, yaitu raja pertama dari Kesultanan Demak sekitar abad ke-15 Masehi. Masjid Agung Demak juga telah dicalonkan untuk menjadi Situs Warisan Dunia UNESCO sejak 1995.

Di dalam lokasi kompleks Masjid Agung Demak, terdapat beberapa makam raja Kesultanan Demak dan para abdinya. Di sana juga terdapat sebuah Museum Masjid Agung Demak, yang berisi berbagai hal mengenai riwayat berdirinya Masjid Agung Demak.

Masjid Megah Saksi Bisu Banyak Tragedi

 Masjid Raya Baiturrahman, Nanggroe Aceh Darussalam

Masjid Raya Baiturrahman adalah sebuah masjid yang berada di pusat Kota Banda Aceh. Masjid ini dahulunya merupakan masjid Kesultanan Aceh. Masjid ini merupakan salah satu masjid yang terindah di Indonesia yang menjadi saksi bisu beragam cerita sejarah.

Sejak awai didirikan pada masa Sultan Iskandar Muda (1607-1636), masjid ini sudah memiliki fungsi selain untuk beribadah, yakni sebagai pusat pendidikan ilmu agama. Kala itu, banyak kalangan bahkan dari luar negeri, seperti Melayu, Persia, Arab, dan Turki yang datang untuk memperdalam ilmu agama.

Memasuki era penjajahan Belanda, masjid ini difungsikan sebagai basis pertahanan dan perlawanan rakyat Aceh. Pada 1873, Belanda membakar habis masjid ini.

Masjid yang didesain oleh arsitek Italia ini juga bertahan dari salah satu bencana terbesar Indonesia, bencana tsunami 2004. Saat gelombang tsunami meluluhlantakkan Kota Banda Aceh, masjid ini justru tetap berdiri dengan kokohnya.

Masjid Perpaduan Pagoda & Gonjong di Tepi Danau Maninjau
Masjid Raya Bayur

Masjid Raya Bayur adalah salah satu masjid tua di sekitar Danau Maninjau, Kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Masjid yang dibangun pada awai abad ke-20 ini berlokasi tidak begitu jauh dari jalan raya yang menghubungkan Kota Lubuk Basung, Ibu Kota Kabupaten Agam, dengan Kota Bukittinggi.

Hamparan indah panorama Danau Maninjau dengan aktivitas para nelayan di pagi dan sore hari menjadi poin plus keindahan pemandangan di masjid ini. Arsitektur masjid memadukan bentuk pagoda yang ada di Thailand dan bentuk atap gonjong yang ada pada rumah adat Minangkabau (Rumah Gadang).

Perpaduan tersebut dapat dilihat pada menara kecil yang terletak pada empat sudut atap bangunan utama. Sementara, struktur atap dirancang mengikuti pola bangunan rumah panggung dengan atap bersusun tiga.

Masjid ini sudah beberapa kali direnovasi, sehingga bentuknya tampak bagus seperti sekarang dapat dilihat. Masjid Raya Bayur ini dapat menampung hingga 1.000 orang jamaah.

Pesona Masjid di Tengah Sejuknya Kebun Teh

Masjid At Ta’awuun, Puncak

Masjid At Ta'awuun merupakan sebuah masjid yang terletak di Cisarua, Bogor, Indonesia. Masjid ini dibangun pada 1997 dan selesai pada 1999.

Bangunan masjid tersebut tergolong tidak megah. Namun, kombinasi bangunan yang sederhana, penataan taman dan kolam yang indah di sekitar masjid, serta lokasi yang luar biasa indah membuat masjid ini menjadi lebih spesial.

Meski kecil, masjid ini berada di Puncak Pass, lokasi wisata yang kerap diramaikan pengunjung saat akhir pekan. Di sekeliling masjid ini terdapat perkebunan teh, yang membawa suasana semakin sejuk saat berada di dalamnya.

Di belakang masjid terlihat sungai yang dibentuk menyerupai air terjun kecil. Sungai tersebut berasal dari mata air yang konon tidak pernah habis. Uniknya, saat musim kemarau air yang dihasilkan tetap banyak dan lebih jernih. Sungai ini jugalah yang mengaliri air ke kolam yang mengelilingi masjid.

Tak sedikit pula warga negara asing berkunjung ke masjid ini. Perpaduan antara bangunan masjid dengan hamparan kebun teh dan pemandangan alam yang indah menjadi daya tarik tersendiri.

Dua Rumah Ibadah Simbol Toleransi Umat Beragama

Masjid Istiqlal, Jakarta

Rasanya tak lengkap membicarakan masjid indah tanpa membahas Masjid Istiqlal yang berada di Jakarta. Selain menjadi masjid terbesar di Asia Tenggara, masjid ini ternyata juga menyimpan banyak cerita.

Masjid Istiqlal mulai dibangun pada 24 Agustus 1951, diprakarsai oleh Presiden Indonesia ketika itu, Bung Karno. Uniknya, arsitek masjid ini justru bukanlah seorang muslim, melainkan Frederich Silaban, seorang Kristen Protestan.

Arsitektur Masjid Istiqlal secara keseluruhan bergaya minimalis. Kesan kokoh dari “selimut” besi yang menyelubungi bangunan dan nuansa hangat dari warna krem marmer dinding dan lantai mendominasi suasana bangunan.

Lokasi masjid ini berada di timur laut lapangan Medan Merdeka ini juga unik. Tepat di sebelah Masjid ini berdiri Gereja Katedral Jakarta, salah satu gereja terbesar di kota ini. Ini menunjukkan toleransi antar umat beragama yang tinggi.

Masjid Kubus, Mahakarya Seni Mendobrak Pakem Tradisi
Masjid Al-Irsyad, Bandung

Tidak seperti masjid-masjid pada umumnya, Masjid Al- Irsyad di kawasan perumahan Kota Baru Parahyangan, Padalarang, Bandung, Jawa Barat, tidak memiliki kubah. Masjid ini berbentuk seperti kubus besar.

Menurut arsitek pembuat masjid ini, kubah hanya bagian dari identitas budaya sehingga dia lebih memilih untuk menampilkan identitas keislaman melalui kalimat syahadat raksasa. Kalimat ini ditampilkannya melalui susunan bata pembentuk dinding masjid.

Dengan konsep ini, dari luar terlihat garis-garis hitam di sekujur dinding masjid. Jika dicermati, kisi-kisi dinding dengan susunan bata bolong ini membentuk dua kalimat syahadat dalam huruf Arab. Teknik ini menjadikan tubuh bangunan layaknya sebuah seni kaligrafi tiga dimensi dengan ukuran yang sangat besar.

Selain itu, kisi-kisi tersebut berfungsi sebagai penerangan yang bersifat bolak-balik dan sangat artistik. Siang hari, cahaya alami matahari akan menembus ke ruang dalam. Pada momen ini, cahaya tersebut terlihat seperti sebuah elemen digital yang membentuk dua kalimat syahadat. Pada malam hari, cahaya dari dalam masjid akan memancar keluar, membentuk kaligrafi syahadat yang berpendar.

Mihrab juga berbeda dengan masjid lainnya. Mihrab berbentuk lorong persegi itu terbuka di bagian depan dan langsung menghadap pegunungan yang sangat indah. Mihrab dan mimbar diletakkan menjorok di atas sebuah kolam.

Tidak dapat dimungkiri, masjid ini adalah satu mahakarya seni bangunan kontemporer yang mendobrak pakem-pakem tradisi bentuk masjid.

Masjid Megah Berkubah Emas

Masjid Dian Al Mahri, Depok

Kehadiran masjid ini menjadi satu fenomena tersendiri di Indonesia. Dengan lima kubah berlapis emas 24 karat, Masjid Dian Al Mahri merupakan satu dari tujuh masjid di dunia yang berkubah emas.

Adapun keenam masjid lainnya, adalah Masjid Jame’ Asra dan Masjid Sultan Omar Ali Saifuddin yang berada di Brunei Darussalam, Masjid Al-Askari di Samarra, Irak, Masjid Qubbah As Sakhrah di Yerussalem Palestina, Masjid Suneri, Lahore, Pakistan, serta Masjid Sultan Singapura.

Pembangunan masjid yang kini menjadi salah satu landmark Indonesia di mata dunia ini diprakarsai oleh pasangan Hj. Dian Juriah M. Alrasjid dan Drs. H. Maimun Alrasjid, dengan arsitek Uke G. Setiawan.

Selain kelima kubahnya yang menggunakan bahan emas, seluruh permukaan bangunan masjid juga dibalut batu granit yang didatangkan dari Italia. Selain itu, ada pilar-pilar yang diimpor dari Brazil. Masjid yang berkesan mewah ini dapat menampung jamaah hingga 200.000 orang.

Cagar Budaya, Masjid Beraksitektur Jawa Kuno Dipertahankan
Masjid Agung Brebes, Brebes

Masjid Agung Brebes merupakan masjid terbesar di kota yang berada di Jawa Tengah ini. Masjid ini dibangun tahun 1836 pada zaman Bupati Raden Adipati Arya Singasari Pranatayuda I.

Bentuk masjid yang ada saat ini telah direnovasi beberapa kali, antara lain pada 1933, 1979, dan 2007. Namun, rangkaian renovasi itu tetap memertahankan bangunan asli yang bergaya arsitektur Jawa kuno dengan kubah berbentuk limas. Usaha memertahankan bentuk asli ini juga karena bangunan masjid telah menjadi cagar budaya.

Selain renovasi besar-besaran tersebut, sejarah Masjid Agung Brebes ini tidak bisa dilepaskan dari sejarah bedug kembar yang pernah ada di dalam masjid tersebut. Menurut riwayat yang dapat dipercaya, bedug tersebut berasal dari kayu sawo raksasa yang diambil dari suatu desa di tepi pantai. Kayu sawo tersebut berjajar dua sehingga desa itu dinamakan Sawojajar. Sekarang, bedug itu tinggal satu karena bedug yang satu disumbangkan untuk sebuah masjid di kawasan Jatibarang.

Gaya arsitektur Masjid Agung ini merupakan kombinasi antara gaya arsitektur Masjid Persia dan lokal Brebes. Bahan material granit untuk pintu masuk didatangkan khusus dari Italia. Sementara itu, lantai dan lapisan pilar menggunakan marmer dari Makassar dan Tulungagung. 

[sumber:okezone.com]



 
Support :Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. HLOWBOS - All Rights Reserved
Template Modify by Creating Website
Proudly powered by Blogger